Dengan belajar sejarah kita akan mendapat dan mengambil sebagai pelajaran dari masa lalu . Oke selamat belajar

Sejarah Kisah Hidup Mahapatih Gajah Mada

Sejarah Kisah Hidup Mahapatih Gajah Mada- Sobat, pernah mendengar tentang Sumpah Palapa dalam Kitab Pararaton? Sumpah ini diucapkan oleh sang Patih Gajah Mada yang artinya kira-kira begini ‘Saya tidak akan menikmati palapa atau rempah-rempah jika belum berhasil menakhlukan Nusantara’. Pada masa kerajaan Majapahit, sosok dari Gajah Mada memang sangat berpengaruh. Pada masa sekarang, Indonesia telah menetapkan Gajah Mada sebagai salah satu Pahlawan Nasional dan merupakan simbol nasionalisme dan persatuan Nusantara. Berikut ini kita kupas tentang Kisah Hidup Mahapatih Gajah Mada

Sejarah Kisah Hidup Mahapatih Gajah Mada

Gajah Mada memang sangat misterius dalam hidupnya. Kisah-kisahnya tidak banyak terbingkai dalam catatan sejarah  yang mengisahkan tentang dirinya. Tidak ada informasi dalam sumber sejarah yang tersedia saat pada awal kehidupannya. Para ahli sejarah  bahkan belum menemukan kata sepakat dimana Gajah Mada dilahirkan, dimana dia dibesarkan sampai bagaimana sosok Patih Gajah Mada menghabiskan masa tuanya. 

Menurut berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, awal karir Gajah Mada dimulai pada tahun 1313. Karirnya semakin dikenal ketika Gajah Mada menyelamatkan Raja Jayanegara dari amukan pemberontak Ra Kuti (1309-1328). Jayanegara kemudian mengangkatnya menjadi Patih dan semakin tinggi lagi pada masa Ratu Tribhuwanatunggadewi Ia diangakat menjadi Mahapatih atau setara seperti Menteri Besar. Puncak kejayaan terjadi saat Ia diangkat sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri). 

Terdapat sumber yang mengatakan bahwa saat lahir Ia diberi nama Mada. Gelar Gajah Mada kemungkinan merupakan nama sejak menjabat sebagai patih. Dalam pupuh Désawarnana atau Nāgarakṛtāgama karya Prapanca yang ditemukan bahwa bahwa Gajah Mada merupakan patih dari Kerajaan Daha dan Kerajaan Janggala. Gajah Mada digambarkan pula sebagai "seorang yang mengesankan, berbicara dengan tajam atau tegas, jujur dan tulus ikhlas serta berpikiran sehat".

Pada tahun 1319 ia diangkat sebagai Patih Kahuripan, dan dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri. Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Arya Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Dan menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui, tetapi ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang memberontak terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng pun akhirnya dapat ditaklukan. Akhirnya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi (1328-1351) yang waktu itu telah memerintah Majapahit setelah terbunuhnya Jayanagara.

Walaupun ada sejumlah pendapat yang meragukan sumpahnya, Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Dimulai dengan penaklukan ke daerah Swarnnabhumi (Sumatera) tahun 1339, pulau Bintan, Tumasik (sekarang Singapura), Semenanjung Malaya, kemudian pada tahun 1343 bersama dengan Arya Damar menaklukan Bedahulu (di Bali) dan kemudian penaklukan Lombok, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kendawangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Sulu, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Gajah Mada terus melakukan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwu, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.

Dalam Kidung Sunda[18] diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk mulai melakukan langkah-langkah diplomasi dengan hendak menikahi Dyah Pitaloka Citraresmi putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayah dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu langkah-langkah diplomasi Hayam Wuruk gagal dan Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya karena dipandang lebih menginginkan pencapaiannya dengan jalan melakukan invasi militer padahal hal ini tidak boleh dilakukan.

Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh "Madakaripura" yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.

Disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah sakit. Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi.

Raja Hayam Wuruk kehilangan orang yang sangat diandalkan dalam memerintah kerajaan. Raja Hayam Wuruk pun mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk memutuskan pengganti Gajah Mada. Namun tidak ada satu pun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada. Hayam Wuruk kemudian memilih empat Mahamantri Agung dibawah pimpinan Punala Tanding untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Mereka pun digantikan oleh dua orang mentri yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Akhirnya Hayam Wuruk memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi menggantikan posisi Gajah Mada.

Nah Sobat pada meski tidak diketahui jelas, namun Gajah Mada sangat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Misalnya saja pada masa awal kemerdekaan. Dimana para tokoh nasional seperti Sukarno dan Mohammad Yamin sering menyebut sumpah Gajah Mada sebagai inspirasi. Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta juga menjadi universitas negeri yang menggunakan namanya. Satelit telekomunikasi Indonesia yang pertama dinamakan Satelit Palapa, yang menonjolkan perannya sebagai pemersatu telekomunikasi rakyat Indonesia. Bahkan banyak kota-kota di Indonesia juga menggunakan namanya sebagai nama jalan.  

http://id.wikipedia.org/wiki/Gajah_Mada
1 Komentar untuk "Sejarah Kisah Hidup Mahapatih Gajah Mada"

Dapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Bermain Poker Online di www , SmsQQ , com

Keunggulan dari smsqq adalah
*Permainan 100% Fair Player vs Player - Terbukti!!!
*Proses Depo dan WD hanya 1-3 Menit Jika Bank Tidak Gangguan
*Minimal Deposit Hanya Rp 10.000
*Bonus Setiap Hari Dibagikan
*Bonus Turn Over 0,3% + 0,2%
*Bonus referral 10% + 10%
*Dilayani Customer Service yang Ramah dan Sopan 24 Jam NONSTOP
*Berkerja sama dengan 4 bank lokal antara lain : ( BCA-MANDIRI-BNI-BRI )

Jenis Permainan yang Disediakan ada 8 jenis :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker - Bandar 66

Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com


bosku minat daftar langsung aja bosku^^

Jangan lupa tinggalkan comment yaa :)

Back To Top