Sejarah Berdiri Museum Fatahillah- Museum Fatahillah Jakarta mungkin bisa menjadi salah satu tujuan wisata anda kala berekreasi ke Ibukota Indonesia, Jakarta. Bangunan yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia ini terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat. Lalu bagaimana sebenarnya Sejarah Museum Fatahillah ini? Lanjutkan baca dan temukan jawabannya...
Bangunan yang memiliki luas lebih dari 1.300 meter persegi ini dibangun pada tahun 1620 oleh Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen. Dahulunya Museum Fatahillah merupakan balai kota yang lengkap dengan kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Arsitektur abad ke-17 bergaya neoklasik ini menyerupai Istana Dam di Amsterdam yang terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding.
Menurut catatan yang ada, bangunan ini awalnya hanya memiliki satu tingkat saja, namun dengan kondisi tanah yang buruk menyebabkan bangunan tersebut turun dari permukaan tanah. Pemerintah Belanda kemudian menaikkan lantai sekitar 2 kaki (56 cm) tanpa merubah pondasi yang sudah ada.
Lima sel yang berada di bawah gedung dibangun pada tahun 1649. Kemudian pada tahun 1665 gedung utama diperlebar dengan menambah masing-masing satu ruangan di bagian Barat dan Timur. Setelah itu beberapa perbaikan dan perubahan di gedung stadhuis dan penjara-penjaranya terus dilakukan hingga menjadi bentuk yang kita lihat sekarang ini.
Selain digunakan sebagai stadhuis, gedung ini juga digunakan sebagai ‘’Raad van Justitie'’ (dewan pengadilan). Seperti pada tahun 1925-1942, gedung ini dimanfaatkan sebagai Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pada tahun 1942-1945 dipakai untuk kantor pengumpulan logistik Dai Nippon. Tahun 1952 gedung ini menjadi markas Komando Militer Kota (KMK) I, lalu diubah kembali menjadi KODIM 0503 Jakarta Barat. Tahun 1968, gedung ini diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta, lalu diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Seperti umumnya di Eropa, gedung balaikota dilengkapi dengan lapangan yang dinamakan ‘’stadhuisplein'’. Menurut sebuah lukisan uang dibuat oleh pegawai VOC ‘'’Johannes Rach”’ yang berasal dari ‘'’Denmark”’, di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah air mancur yang merupakan satu-satunya sumber air bagi masyarakat setempat. Air itu berasal dari Pancoran Glodok yang dihubungkan dengan pipa menuju stadhuiplein.
Pada tahun 1972, diadakan penggalian terhadap lapangan tersebut dan ditemukan pondasi air mancur lengkap dengan pipa-pipanya. Maka dengan bukti sejarah itu dapat dibangun kembali sesuai gambar Johannes Rach, lalu terciptalah air mancur di tengah Taman Fatahillah. Pada tahun 1973 Pemda DKI Jakarta memfungsikan kembali taman tersebut dengan memberi nama baru yaitu ‘'’Taman Fatahillah”’ untuk mengenang panglima Fatahillah pendiri kota Jakarta.
Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 (kini museum Wayang) dan membangunnya kembali sebagai Museum Oud Batavia. Museum Batavia Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939.
Pada masa kemerdekaan museum ini berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Djakarta Lama'’ diserahkan kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin, kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
Pada tahun 1999, Museum Sejarah Jakarta mulai membenahi penampilannya. Tidak hanya sekedar tempat untuk merawat, memamerkan benda yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa Indonesia maupun asing, anak-anak, orang dewasa bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati sebagai tempat rekreasi. Kisah perjalanan panjang terbentuknya Kota Jakarta juga digambarkan di sini. Bahkan sejak masa prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang lebih rekreatif.
Jika dilihat dari tatanan interior museum, pengurus nampaknya ingin memperlihatkan image “Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya” dari berbagai kelompok suku baik dari dalam maupun dari luar Indonesia dan sejarah kota Jakarta seutuhnya. Berbagai kegiatan juga dilakukan untuk merangasang kesadaran akan pentingnya warisan budaya.
Sobat bisa menemukan berbagai objek tentang perjalanan sejarah Kota Jakarta di museum ini. Seperti replika peninggalan masa Tarumanegara dan Pajajaran, hasil penggalian arkeologi di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19. Selain itu juga ada keramik, gerabah, dan batu prasasti. Koleksi-koleksi ini terdapat di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Fatahillah, Ruang Sultan Agung, dan Ruang MH Thamrin.
Nah Sobat, sudah tahu kan bagaimana Sejarah Berdirinya Museum Fatahillah. Semoga informasi ini bermanfaat untuuk sobat semua dan ikuti terus berbagai kisah sejarah tentang berbagai hal hanya di Kumpulan Sejarah.
Tag :
Sejarah Bangunan,
Sejarah Nasional
0 Komentar untuk "Sejarah Berdiri Museum Fatahillah"
Jangan lupa tinggalkan comment yaa :)